KONSEP
BAIK DAN BURUK
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas :
Mata
Kuliah : Ilmu Akhlak
Disusun oleh:
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada pembahasan
bab yang telah lalu, sering kali kata
baik dihubungkan dengan buruk. Sepertinya dua kata ini tidak dapat terpisah jauh-jauh.
Selalu bertautan walaupun memiliki arti yang berlawanan (antonim).
Sebagai contoh,
dalam penilaian medis dikatakan seseorang itu sehat atau tidak sehat. Seseorang dikatakan tidak sehat biasanya karena ada bagian
tubuhnya yang tidak berfungsi dengan semestinya yang menjadikan ia dikatakan sakit. Maka bisa dikatakan bahwa sehat berlawanan dengan sakit. Sehat
berarti tidak adanya sakit, begitu juga dengan kata baik dan buruk. Baik
berarti tidak adanya sesuatu yang disebut buruk.
Lalu, bagaimana
hubungan antara baik dengan buruk?
Berikut akan dijelaskan beberapa keterangan tentang konsep baik dan buruk dalam
ilmu akhak. Selamat membaca.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, sekiranya perlu untuk merumuskan beberapa masalah yang akan
dikaji dalam makalah ini:
·
Bagaimanakah pengertian baik dan buruk?
·
Apa saja ukuran penentuan baik dan buruk?
·
Bagaimana sifat baik dan buruk menurut ajaran islam?
·
Apa yang dimaksud perasaan berakhlak atau kesadaran moral?
·
Dan bagaimana pandangan aliran tertentu mengenai konsep baik dan buruk?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN BAIK DAN BURUK
1.
Pengertian Baik
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Penulis mengutip
beberapa pendapat mengenai pengertian baik dari buku Akhlak Tasawuf karangan Dr. Abuddin Nata, beliau menyebutkan
pengertian baik menurut Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, yakni yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
Sementara itu, masih bersumber pada buku yang sama, mengutip dari Ensiklopedi
Indonesia, bahwa yang baik adalah sesuatu yang mendatangkan rahmat,
memberikan perasaan senang atau bahagia. Ada sebuah pendapat lain yang mengatakan bahwa secara umum yang disebut baik atau
kebaikan adalah sesuatu yang di inginkan yang di usahakan,dan menjadi tujuan
manusia. Tingkah laku manusia adalah baik,jika tingkah laku tersebut menuju
kesempurnaan manusia[1].
Beberapa
kutipan tersebut di atas menggambarkan bahwa yang disebut baik atau kebaikan
adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan, dan disukai manusia. Definisi kebaikan tersebut terkesan
antroposentris yakni, memusat dan bertolak dari sesuatu yang menguntungkan dan
membahagiakan manusia. Pengertian baik yang demikian tidak ada salahnya
karena secara fitrah manusia memang menyukai hal-hal yang menyenangkan dan
membahagiakan dirinya.[2]
2. Pengertian Buruk
Mengetahui
sesuatu yang baik seperti telah disebutkan diatas, akan mempermudah dalam mengetahui pengertian sesuatu
yang buruk. Karena kedua kata ini memang berhubungan erat sedangkan maknanya yang berkebalikan.[3] Dalam bahasa arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah
syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik yang tidak seperti
seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji,jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela. Dengan
demikian yang di katakan buruk adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh
manusia.
Kalau sesuatu
(tindakan etis) tidak baik, maka tindakan tersebut dapat dikatakan buruk. Derajat
keburukan kadang berbeda-beda, ada yang agak buruk, buruk, atau buruk sekali. Tetapi
hal itu disebut buruk karena tidak adanya baik. Ternyata buruk itu sesuatu pengertian yang
negatif pula, bukan hanya karena tindakan yang dinilai buruk melainkan karena tidak adanya baik yang seharusnya ada.[4]
Beberapa
devinisi tersebut memberi kesan bahwa sesuatu yang disebut baik atau buruk itu
relatif sekali, karena bergantung pada pandangan dan penilaian
masing-masing yang merumuskannya (bersifat subjektif).
B.
PENENTUAN BAIK DAN BURUK
Sejalan dengan perkembangan pemikiran
manusia, berkembang pula patokan yang digunakan dalam menentukan baik dan
buruk. Banyak pendapat dari para ahli filsafat yang merumuskan penentuan baik dan buruk. Diantaranya yaitu menurut Prof.Poedjawijatna yakni pandangan filsafat mengenai baik dan buruk menurut paham hedonisme, utilitarisme, vitalisme,
religiousisme, dan humanisme.[5] Sementara itu, pendapat Asmaran As yang dikutip oleh Dr. H. Abuddin Nata menyatakan bahwa ada empat aliran filsafat yang
merumuskantentangbaikdanburuk,yaituadatkebiasaan, hedonisme, intuisi, dan evolusi.
Dari beberapa kutipan
diatas tampak saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam
penentuan baik dan buruk ini adalah aliran adat istiadat (sosialisme), hedonisme, intuisisme
(humanisme), utilitarianisme, vitalisme, religiouisme dan evolusisme.[6]
C.
SIFAT BAIK DAN BURUK MENURUT AJARAN
ISLAM
Pada pokok bahasan ini, penulis merumuskan sifat baik dan
buruk dalam pandangan islam bersumber dari satu buku, Akhlak Tasawuf dari Prof. Dr. H. Abuuddin Nata:
Menurut ajaran Islam, penentuan baik dan buruk harus
didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadis. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun Al-Hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang
mengacu pada baik, dan ada pula istilah yang mengacu pada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang
baik misalnya Al-hasanah, toyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh
Al-Raghib al-Asfahani adalah suatu istialah yang digunakan untuk menunjukkan
sesuatu yang disukai atau di pandang baik. Lawan dari al-hasanah adalah al-sayyiah.
Yang termasuk al-hasanah misalnya keuntungan, kelapangan rezeki dan kemenangan,
sedangkan yang termasuk Al-sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan dan
keterbelakangan.
Adapun kata al-thayyibah khusus digunakan
untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan kelezatan pada panca indera dan
jiwa, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Lawannya adalah al-qabihah artinya buruk.
Selanjutnya kata Al-khair digunakan untuk
menunjukan sesuatu yang baik oleh seluruh umat manusia, seperti barakal, adil, keutamaan
dan segala sesuatu yang bermanfaat. Lawanya
adalah Al-syarr.
Adapun kata Al-mahmudah digunakan untuk
menunjukan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang
disukai oleh Allah SWT. Dengan demikian kata al-mahmudah lebih menunjukan pada
kebaikan yang bersifat batin dan spiritual.
Selanjutnya kata Al-karimah digunakan
untuk menunjukan pada perbuatan dan akhlak yang terpuji yang di tampakkan dalam
kenyataan hidup sehari-hari.
Adapun kata Al-birr digunakan untuk
menunjukan pada yang baik. Kata tersebut terkadang di gunakan sebagai sifat
Allah, dan terkadang juga untuk sifat manusia.
Berbagai istilah yang mengacu kepada
kebaikan itu menunjukan bahwa kebaikan dalam pandangan islam meliputi kebaikan
yang bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa, kesejahteraan di dunia dan
kesejahteraan di akherat serta akhlak yang mulia. Untuk menghasilkan kebaikan
yang demikian itu islam memberikan tolak ukur yang jelas, yaitu selama
perbuatan yang dilakukan itu di tujukan untuk mendapatkan keridhaan Allah yang dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan ikhlas, serta dengan niat yang baik dan cara melakukan
perbuatan itu baik pula.
Baik dalam islam juga adalah perbuatan
yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah, dan perbuatan yang buruk
adalah perbuatan yang bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah. Namun demikian, al-Qur’an dan Al-Sunnah
bukanlah sumber ajaran yang eksklusif atau tertutup. Kedua sumber tadi bersikap
terbuka untuk menghargai bahkan menampung pedapat akal pikiran, adat istiadat
dan sebagainya yang dibuat oleh manusia, dengan catatan semuanya itu tetap
sejalan dengan petunjuk al-Qur’am dan al-Sunnah. Ketentuan baik-buruk yang
terdapat dalam etika dan moral dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk
menjabarkan ketentuan baik dan buruk yang ada dalam al-Qur’an.[7]
D.
KESADARAN MORAL ATAU PERASAAN
BERAKHLAK
Salah satu hal penting yang diselidiki oleh para ahli ilmu etika
adalah tentang pokok perasaan kita yang mengenai akhlak. Penulis mengutip dari
buku Etika Ilmu Akhlak karya Prof.Ahmad Amin ,”Kami menetapkan hukum mengenai
perbuatan kita, ada yang berakhlak dan ada yang tidak berakhlak. Dikatakan
perbuatan berakhlak apabila sesuai dengan yang diperintahkan oleh akhlak.[8]
Lalu, dari manakah sumber hukum perasaan berakhlak tersebut? Apakah kekuatan
jiwa yang memunculkan perasaan berakhlak, mengenai bagaimana perbuatan yang
baik dan buruk, haq dan bathil, atau bahkan bersumber dari dorongan hati?
Karena terkadang kita melihat ada perbuatan/kebiasaan yang dianggap baik oleh
suatu bangsa pada masa tersebut, namun dianggap buruk oleh bangsa lain atau
pada masa yang berbeda.
Ada beberapa pendapat ahli filsafat yang kami kutip dari buku yang
sama karya Prof. Ahmad Amin
mengenai kesadaran moral atau perasaan berakhlak:
1.
Segolongan berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan
insting yang dapat membedakan antara haq and bathil, baik dan buruk, berakhlak
atau tidak. Yang mana kekuatan ini terkadang berbeda pada tiap-tiap manusia. Manusia
mempunyai semacam ilham yang dapat membedakan atau mengenal nilai baik buruknya
sesuatu. Menurut golongan ini, ilham tersebut didapatkan oleh manusia ketika
melihat sesuatu, ia dapat merasakan sesuatu itu baik atau buruk meskipun tidak
belajar ilmu pengetahuan atau menerima pendapat orang lain mengenai hal tersebut. Kekuatan ini adalah insting, bagian
dari tabiat manusia yang diberikan oleh Tuhan untuk membedakan hal yang baik dan buruk.
2.
Segolongan lain berpendapat bahwa sebenarnya
kekuatan akhlak yang dapat mengenal baik dan buruk itu tak lain dan tak bukan
kecuali pengalaman. Orang atau bangsa yang selalu mengadakan percobaan dan
mencari pengalaman, tentu membawa perubahan besar dalam buah pikirannya
mengenai akhlak. Karena luasnya lingkaran pengetahuan dan banyaknya
pengalaman-lah yang menjadikan pikiran manusia dapat berkembang. Sedangkan
pemberian hukum terhadap perbuatan berakhlak tersebut karena melihat maksud dan
tujuan perbuatan tersebut dan sifat pendorongnya, bukan karena sifat yang ada
pada diri kita.[9]
E.
PENGERTIAN BAIK DAN BURUK MENURUT
PAHAM /ALIRAN TERTENTU.
Dibawah ini penulis mencoba merangkum beberapa pendapat aliran
tertentu mengenai pengertian baik dan buruk.
1.
Hedonisme
Hedonisme adalah aliran filsafat yang tergolong tua, karena berakar
pada pemikiran Filsafat Yunani, khususnya pemikiran Epicurus (341-270 SM).
Menurut aliran ini, hal-hal yang dipandang baik adalah sesuatu yang
mendatangkan kenikmatan dan kelezatan nafsu biologis. Dan sebaliknya, yang
dikatakan buruk bila sesuatu tidak bermanfaat untuk memuaskan nafsu.[10]
Dalam perkembangannya,aliran ini terbagi menjadi dua corak, yaitu:
·
Egoistic hedonism (Hedonisme perorangan)
·
Socialist hedonism (Hedonisme sosialis).
2.
Utilitarisme
Yang baik adalah yang berguna, demikianlah
ukuran baik bagi penganut aliran yang disebut utilitarisme (utilitis=berguna).
Kalau ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut individual, dan jika berlaku
bagi masyarakat (negara) maka disebut sosial.[11]
Paham penentuan
baik buruk berdasarkan nilai guna ini mendapatkan perhatian di masa
sekarang.Pada abad sekarang kini kemajuan dibidang teknik semakin meningkat,
dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya.[12] Hal ini terkadang
cenderung ekstrim dan melihat
kegunaan hanya dari segi materialistik saja.
Namun demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan
dengan materi, melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima. Dan
kegunaan bisa juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak
menimbulkan kerugian bagi orang lain. Rasulullah
misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang memberi manfaat pada
yang lainnya. (HR.Bukhari).[13]
3.
Vitalisme
Aliran vitalisme berpendapat bahwa sesuatu yang baik adalah sesuatu
yang yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Kekuatan dan kekuasaan
yang menaklukan orang lain yang lemah, manusia yang kuasa itulah manusia yang
baik.[14]
Walaupun aliran ini terlihat janggal atau aneh karena
mengidentikkan pada binatang, hukum rimba= siapa yang menang itulah yang baik.
Namun sejarah mencatat, telah banyak filsuf dan orang-orang penguasa yang
mempraktekkannya. Kolonialisme serta diktator tak lain adalah buah pengaruh
dari anggapan vitalisme.
4.
Religiousisme
Menurut paham ini hal yang dianggap baik adalah perbuatan yang
sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang
tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan teologis yakni
keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting.
Ir. Poedjawijatna
dalam bukunya Etika Filsafat Tingkah Laku
mengatakan bahwa aliran ini merupakan aliran yang paling baik dalam praktek. Namun, masih terdapat keberatan dari aliran
ini, yaitu ketidak umuman dari ukuran baik dan buruk tersebut.[15]
Seperti
kita ketahui bahwa di dunia ini terdapat
bermacam macam agama, dan masing
masing agama menentukan baik dan buruk menurut ukurannya masing-masing.
Agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen
dan
Islam, misalnya, masing-masing
memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang berbeda-beda.
Hal inilah yang disebut ketidak umuman dari
penentuan baik dan buruk ini.
5.
Sosialisme
Menurut aliran
sosialisme (adat istidat)
baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku, dan
dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada
adat dipandang baik, dan orang yang
menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk.
Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasakan adat istiadat ini
betolak dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia, maka
masyarakatlah yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi
anggotanya.
Poedjawatna
kembali mengatakan, bahwa aliran ini banyak mengandung kebenaran tetapi kurang
memuaskan karena tidak umum. Seringkali suatu kebiasaan di anggap baik oleh
suatu kelompok tetapi tidak di anggap baik
oleh kelimpok lain. Hal ini bisa dimaklumi karena adat istiadat pada hakikatnya
produk budaya manusia yang sifatnya nisbi dan relatif.[16]
6.
Intuisisme ( humanisme
)
Menurut aliran itu yang baik ialah yang sesuai dengan kodrat
manusia yaitu kemanusiaannya. Menurut paham ini perbuaatan yang baik
adalah perbuatan yang sesuai dengan yang
diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin yang ada dalam dirinya.
Intuisi merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu
sebagai baik atau buruk dengan sekilas atau melihat buah atau akibatnya.
Kekuatan batin atausering disebut juga kekuatan hati adalah merupakan potensi
rohaniah yang secara fitrah telah ada pada diri setiap orang.
Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada pada jiwa manusia
tidak terambil dari keadaan diluarnya, kita diberinya kemampuan untuk
membedakan antara yang baik dan buruk sebagaimana
kita diberi mata untuk melihat dan diberi telinga antuk mendengar.[17]
7.
Evolusi
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu
yang ada dialam ini mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju
kepada kesempurnaannya. Pendapat seperti ini
bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak seperti binatang, manusia, dan
tumbuh-tumbuhan, tetapi juga berlaku
pada benda yang tak dapat dilihat ataudiraba oleh indera seperti akhlak dan
moral.
Herbert Spencer salah seorang ahli filsafat
inggris yang berpendapat evolusini mengaatakan bahwa perbuatan akhlak itu
tumbuh secara sederhana ,kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit
berjalan kearah cita cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan
itu baik bila dekat cita cita itu dan buruk
bila jauh dari padanya.Sedang
tujuan manusia dalam hidup ini ialah mencapai cita cita .Cita-cita menurut paham ini adalah kesenangan dan kebahagiaan.
BAB III
PENUTUP
A.
ANALISA
Konsep baik dan buruk merupakan bahasan
yang tidak bias terlepas dari ilmu akhlak yang objek kajiannya adalah perbuatan
manusia. Perbuatan manusia dapat digolongkan baik atau buruk, tergantung dari cara
pandang penilaiannya. Para filsuf terdahulu mengutarakan pendapat mereka dengan
pemikiran masing-masing pada zaman ia hidup.
Jauh hari
sebelum itu, islam telah memberikan definisi tentang bagaimana baik dan buruk itu.
Sesuatu yang baik adalah sesuatu yang sesuai dengan perintah Allah, dan sesuatu
yang buruk itu semua yang bertentangan denganNya. Namun demikian, islambukan
agama yang tertutup. Islam menghargai pendapat-pendapat mereka yang berfilsafat
selagi tidak bertentangan dengan hukum Allah.
B.
SIMPULAN
Beberapa
pembahasan mengenai baik dan buruk yang telah tersebut diatas sekiranya dapat dimbil
kesimpulan yakni:
·
Sesuatu yang baik adalah sesuatu yang disenangi pribadi
manusia, memberikan kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan. Hal itu merupakan kodrat
manusia yang sejatinya selalu ingin berbuat baik, suka terrhadap kebaikan.
·
Sedangkan sesuatu yang buruk adalah lawan dari baik,
tidak disenangi manusia, yang tidak di inginkan, bahkan terkadang dihindari.
·
Hal yang baik menurut agama islam ialah yang sesuai dengan
yang diperintahkan Allah, yang telah di contohkan Rasulullah semasa hidupnya.
Tidak bertentangan denganNya, senantiasa hidup di jalan Allah.
·
Beberapa pendapat ahli filsafat tentang konsep baik dan
buruk yang disebutkan diatas sebagai bahan bacaan dan untuk memperkaya khazanah
keilmuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2011. AkhlakTasawuf
. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada.
Poedjawidjwtna. 1996.Etika Filsfat
Tingkah Laku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak)
dari judul asli Al-Akhlaaq. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Mahjuddin. 2010. Akhlak tasawuf II. Jakarta: KALAM
MULIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar