BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Ilmu
ini membantu umat Islam untuk mengetahui sahnya dalam beribadah dengan sebenar-benarnya.
Dalam pembahasan kali ini, akan
menjelaskan beberapa
dari berbagai ilmu yang ada dalam ilmu fiqih.
Ilmu fiqih merupakan suatu ilmu yang tinggi
nilainya, besar pengaruhnya dan kita sangat memerlukannya dalam keseharian. Seseorang tidak akan sah ibadahnya dalam kesehariannya kalau tidak mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang
ilmu fiqih ini.
Dalam
makalah ini dijelaskan tentang wanita
lain, keawjiban oarang yang akan lakukan sholat, najis
beserta ‘aurat.
B.
Rumusan
Masalah
1. Mendefinisikan
wanita lain.
2. Mendefinisikan keawjiban seoarang mutawadhi’ yang akan lakukan sholat.
3. Mendefinisikan najis.
4. Mendefinisikan ‘aurat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
المرأة الأجنبية ( Wanita Lain )
Wanita lain yaitu suatu perempuan yang tidak haram lagi
untuk dinikahi atau dengan kata lain yakni dangan, bahwa wanita itu boleh untuk
dinikahi.
Diantara
wanita yang boleh dinikahi antara lain:
·
Wanita atau perempuan yang berbeda nasab (bukan saudara
kandung)
·
Wanita atau perempuan yang bukan saudara sesusuan
·
Bukanlah mertua
B.
يلزم المتوضيء اذا اراد ان يصلي (Kewajiban Mutawadhi’ Ketika Akan Melakukan Sholat)
Diantara
syarat-syarat ataupun kewajiban mutawadhi’ ketika akan lakukan sholat yakni:
·
Suci, baik tempat maupun pakaian dari najis
·
Menutup ‘aurot
·
Menghadap qiblat
·
Mengetahui telah masuknya waktu akan sholat tersebut[1]
C.
النجاسات (Najis)
Najis ialah segala sesuatu yang menjijikan ataupun kotoran
yang bagi setiap muslim wajib menyucikan diri dari padanya dan menyucikan apa
ang dikenainya.
Macam-macam benda najis:
1.
Bangkai,ialah yang mati secara begitu saja
artinya tanpa disembelih menurut kententuan agama, kecuali bangkai manusia.
2.
Darah, baik itu darah yang menglir ataupun
tertumpah, misalnya dari hewan yang disembelih atapun darah haid tetapi
dimaafkan kalau hanya sedikit.
3.
Daging babi dan anjing
4.
Muntah-muntahan
5.
Air kencing
6.
Kotoran manusia.[2]
Pembagin najis dan cara menghilangkanya:
a. Najis mughalladhah (najis berat)
Ialah najis anjing dan babi dan keturunanya.
Cara mensucikanya, membasuh 7 kali dengan air salah satunya dengan
menggunakan dicampur dengan debu.
b. Najis mukhaffafah (najis ringan)
Ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum
pernah makan sesuatu kecuali air susu ibunya.
Barang yang terkena najis mukhaffafah , cukup diperciki air pada tempat
yang terkena najis tersebut.
c. Najis mutawassithah (najis sedang)
Ialah najis yang selain dari najis mughalladhah dan mukhaffafah, artinya
diantara kedua najis tersebut, seperti segala sesuatu yang keluar dari kubul
dan dubur manusia dan binatang, kecuali air mani.
Najis ini dibagi 2, yakni: najis ‘ainiyah (najis yang nampak/berwujud) dan
najis hukmiyah (najis yang tidak kelihatan/nampak bendanya) .
Cara menghilangkanya, dibasuh sekali asal sifat-sifat najisnya (warna,bau
dan rasanya) hilang. Adapun dengan cara tiga kalicucian atau sirman lebih baik.[3]
D.
العو راة
(‘aurot)
Batasan-batasan aurot bagi seorang laki-laki yakin antara
puser sampai lutut. Sedangkan bagi seorang perempuan yakni semua anggota badan,
kecuali wajah dan kedua tgelapak tangan.[4]
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Jabar, Umar. (tanpa tahun). مبادىء الفقهية الجزء الأول.
Surabaya: (tanpa penerbit).
2. Sabiq, Sayyid. 1971. Fikih Sunnah I. Bandung:
PT. Al Ma’arif.
3. Rifa’i Mohammad. 2009. Risalah
Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Cet 363.
[2] Sayyid sabiq. Fiqih sunnah, hlm. 41
[3] Moh. Rifa’i. Risalah tuntunan sholat
lengkap, PT. Karya toha putra, Semarang, Hlm: 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar